Teknik Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih, Lengkap!

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tidak bisa terlepas dari penggunaan air untuk berbagai kebutuhan. Tetapi, kualitas air di beberapa tempat saat ini sudah mulai menurun. Tidak heran, jika kebutuhan air bersih menjadi masalah yang cukup besar di beberapa daerah. Terutama di lingkungan dengan lahan gambut dan tentunya membutuhkan pengolahan air gambut menjadi air bersih.

Pemenuhan kebutuhan air bersih harus sesuai dengan persyaratan kualitas air bersih berdasarkan standar dari Departemen Kesehatan RI melalui Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990. Dan salah satu cara mendapatkan air bersih yaitu menggunakan teknik pengolahan air gambut untuk mendapatkan air bersih. Bagaimana cara melakukannya? Simak penjelasannya dibawah ini. 

6 Teknik Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih 

Air gambut termasuk jenis air dalam golongan C atau D yang tidak layak untuk digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti minum, masak, mencuci, ataupun memasak. Pasalnya, air gambut mengandung zat organik terlarut yang berbahaya. Nah, jika Anda ingin mengolahnya menjadi air bersih, maka teknik pengolahan air bersih yang bisa Anda lakukan adalah:

1. Netralisasi 

Proses netralisasi merupakan upaya untuk mengubah pH air gambut yang bersifat asam (pH < 7) menjadi normal atau netral sekitar pH 7-8. Caranya, yaitu pembubuhan alkali berupa CaO atau kapur tohor dan CaCO3 atau batu gamping. 

Zat yang paling sering digunakan adalah batu kapur, karena harganya relatif lebih murah. Penggunaan zat alkali untuk mengolah air gambut ini bertujuan untuk mengatur pH menjadi netral untuk mempermudah proses flokulasi dan koagulasi. 

Adapun beberapa tujuan dari proses netralisasi untuk membantu efektivitas proses selanjutnya, yaitu pada proses oksidasi dengan udara membutuhkan pH 7-8 untuk efektivitas pengurangan Fe dan Mn. Pada proses oksidasi dengan clorin, reaksi terjadi secara efektif 80 persen pada pH 7-8,5. 

Sedangkan bereaksi kurang dari 40 persen pada pH <6 dan >8,5. Efektivitasnya pada proses koagulasi berada di pH lebih besar dari 6. Sementara pengendapan semua logam bisa terjadi pada pH lebih dari 8,3, Mn pada pH 11, dan Fe pada pH 8-9.

2. Desinfeksi dan Oksidasi dengan Aerasi

Dalam pengolahan air gambut menjadi air bersih, teknik oksidasi berfungsi untuk memutus rantai ikatan senyawa organik yang ada pada air gambut, khususnya asam humus. Asam humus ini memegang peranan penting dalam pembentukan warna pada air gambut.

Sedangkan proses aerasi adalah proses untuk melarutkan udara, khususnya oksigen ke dalam air baku. Proses ini telah banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kandungan zat mangan (Mn) dan besi (Fe) yang tinggi. 

Dua zat ini berpengaruh terhadap rasa air yang menjadi pahit, warna beras menjadi hitam ketika dimasak, dan noda hitam kecoklatan pada kain. Oleh karena itu, tujuan dari aerasi ini mengoksidasi Fe dan Mn dalam air. 

Proses aerasi juga mampu menghilangkan gas-gas beracun, seperti metana, CO2, H2S, dan senyawa organik lainnya yang bersifat volatil. Oksidasi Mn dengan oksigen dari udara memang tidak seefektif besi. Namun, apabila kadar Mn tidak terlalu tinggi, maka sebagian Mn dapat teroksidasi dan terendapkan.

3. Koagulasi dan Flokulasi

Proses pengolahan air gambut menjadi air bersih yang cukup efektif berikutnya adalah koagulasi dan flokulasi. Proses ini bertujuan untuk pengolahan air gambut, terutama penurunan intensitas warna air. 

Ada metode jar test pada koagulasi/flokulasi menggunakan perpaduan antara bahan penyerap warna dan penetral pH. Teknik ini bisa mengolah air gambut untuk menjadi air yang memenuhi standar air bersih. Proses koagulasi umumnya terbagi menjadi dua tahap. 

Pertama, koagulasi partikel kotoran menjadi flok-flok yang masih halus dengan cara pengadukan cepat setelah pembubuhan koagulan. Proses ini dilakukan pada wadah pencampur cepat. 

Kedua, proses pertumbuhan flok agar menjadi cepat dan stabil dengan cara pengadukan lambat pada wadah flokulator. Proses inilah yang disebut sebagai flokulasi. Secara keseluruhan, proses koagulasi membutuhkan dua wadah, yaitu wadah pencampur cepat dan pengadukan lambat.

4. Adsorpsi

Teknik adsorpsi juga cukup efektif dalam menyerap bahan organik alami yang ada pada air gambut. Efektivitas teknik ini biasanya sangat bergantung pada jenis adsorben yang digunakan. 

Misalnya, penggunaan adsorben berupa tanah lempung gambut (TLG) mampu mengadsorpsi fraksi bahan organik alami pada air gambut dengan specific ultraviolet absorbance (SUVA) yang rendah. 

pH air gambut dan penggunaan TLG yang belum atau sudah diaktivasi pada proses adsorpsi juga berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengadsorpsi bahan organik alami tersebut.

5. Sedimentasi

Teknik pengolahan air gambut menjadi air bersih selanjutnya adalah melalui proses sedimentasi atau pengendapan. Sedimentasi mencakup proses pengendapan, di mana partikel-partikelnya tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran, maupun kerapatan selama proses berlangsung.

Masing-masing partikel padat akan mengendap, apabila gaya gravitasi lebih besar daripada kekentalan dan gaya inersia dalam cairan. Lebih lanjut, proses pengendapan ini terbagi menjadi dua macam, yaitu sedimentasi alamiah dan non alamiah. Berikut masing-masing penjelasannya:

Sedimentasi non alamiah adalah partikel padat yang tersuspensi mengendap, karena terdapat penambahan bahan lain partikel yang sangat halus. Ukuran partikel ini lebih kecil dari 0,01 millimeter, sehingga partikel dapat tergabung menjadi ukuran yang lebih besar, berat, dan stabil. Sehingga, gaya gravitasi menyebabkan daya endapnya menjadi lebih besar.

Sedangkan sedimentasi alamiah adalah partikel padat tersuspensi yang mengendap karena gaya beratnya sendiri. Tanpa ada tambahan bahan kimia atau partikel kotoran dalam air dengan diameter 0,01 millimeter.

6. Filtrasi

Teknik filtrasi dalam media filter air dapat dilakukan dengan cara filter konvensional maupun ultrafiltrasi. Filtrasi itu sendiri merupakan proses penyaringan air untuk menghilangkan zat padat tersuspensi melalui media berpori. Penghilangan zat tersuspensi ini terjadi melalui lapisan media filter.

Pada lapisan media filter atau multimedia filter, zat padat terlarut akan bersentuhan dan melekat pada butiran partikel atau flok, sehingga tidak semuanya dapat mengendap. Flok yang berukuran relatif kecil dan halus akan melayang-layang di dalam air. 

Oleh karena itu, Anda membutuhkan teknik filtrasi ini untuk mendapatkan air bersih dan jernih. Media penyaring yang paling umum digunakan untuk filtrasi adalah kerikil, pasir, dan arang aktif. 

Selain itu, ada pula beberapa metode penyaringan lanjutan untuk pengolahan air gambut menjadi air bersih. Metode penyaringan ini, antara lain menggunakan membran ultrafiltrasi, mesin reverse osmosis, dan membran nanofiltrasi. Hal yang membedakan ketiga metode ini adalah berdasarkan tingkat kerapatan pori-porinya.

Tertarik Melakukan Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Bersih?

Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa teknik pengolahan air gambut dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti netralisasi, oksidasi, koagulasi dan flokulasi, adsorpsi, sedimentasi, dan filtrasi. Teknik ini sangat berguna untuk mendapatkan air yang lebih jernih dan bersih.

Bagi Anda yang ingin melakukan pengolahan, tentu membutuhkan media filter air yang mumpuni, Anda bisa menghubungi PT Tanindo Anugerah Nusantara sebagai perusahaan jasa Water treatment Indonesia. 

Tanindo merupakan sebuah perusahaan jasa Water treatment Indonesia yang bergerak di bidang pengolahan air bersih, air minum, dan air limbah, yang didukung oleh tenaga yang berpengalaman dan terlatih.

Tanindo telah mengerjakan berbagai proyek pengolahan dan penjernihan air dari Sabang hingga ke Merauke dengan skala project dari yang kecil sampai yang terbesar.

Maka dari itu, selain mendapatkan mesin filtrasi berkualitas, Anda juga dapat berkonsultasi perihal pengolahan air hingga proses instalasi mesin bersama tim profesional Tanindo, hubungi kontak Tanindo sekarang!

You cannot copy content of this page