Mendengar kata limbah, mungkin Anda teringat kegiatan industri. Seperti rumah sakit, puskesmas, atau klinik yang aktif menghasilkan limbah setiap harinya. Untuk tidak membahayakan lingkungan, pusat layanan kesehatan biasanya melakukan pengelolaan limbah medis.
Hal ini dikarenakan limbah medis bisa mencemari lingkungan, dan sampah medis yang tidak dikelola dengan baik juga rentan menyebarkan penyakit yang kemungkinan berasal dari pasien yang dirawat.
Pengertian Limbah Medis
Limbah medis adalah berbagai sampah yang ada di pusat layanan kesehatan. Biasanya, sampah medis mengandung bahan infeksius sehingga tidak bisa dibuang begitu saja di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sampah medis harus melalui proses pengelolaan sampah yang tepat.
Tujuan dari pengelolaan limbah medis tentu saja agar tidak membahayakan lingkungan sekitar. Kegiatan ini juga bisa menghindari penyalahgunaan alat medis seperti jarum suntik, botol dan selang infus, atau peralatan lainnya. Benda-benda tersebut sangat infeksius karena bersentuhan langsung dengan pasien.
Jenis–Jenis Limbah Medis dan Pengelolaannya
Di bawah ini merupakan sejumlah sampah medis dan cara mengelolanya yang perlu untuk Anda ketahui:
1. Infeksius
Sampah medis infeksius yaitu limbah yang berasal dari cairan tubuh pasien. Tindakan operasi atau mengambil sampel untuk laboratorium merupakan kegiatan paling banyak menghasilkan sampah infeksius.
Sampah infeksius medis juga bisa dari alat atau perlengkapan sekali pakai. Seperti infus, kapas, jarum suntik, atau kain kasa.
Sedangkan sampah infeksius cair bisa dari darah, air liur, keringat, atau urine pasien. Cairan tersebut sangat mungkin mengandung virus atau bakteri yang bisa menularkan penyakit.
Pengelolaan limbah medis infeksius harus melalui proses sterilisasi. Kemudian, pihak pengelola akan membakar sampah yang sudah steril agar bisa membuangnya dengan mudah. Dengan demikian, lingkungan pun aman dan tidak khawatir ada yang menyalahgunakannya.
2. Sampah Biasa
Pusat layanan kesehatan juga sering menghasilkan limbah biasa seperti bungkus makanan, bungkut alat medis, atau bungkus obat-obatan. Rata-rata sampah jenis ini tidak mengandung zat berbahaya sehingga tidak memerlukan pengelolaan secara khusus.
Petugas kebersihan akan menyiapkan sejumlah tempat sampah, biasanya untuk sampah basah dan sampah kering. Selanjutnya, mereka akan membuang sampah biasa ini ke tempat pembuangan akhir seperti sampah rumah tangga.
3. Farmasi
Setiap layanan kesehatan harus mempunyai pengelolaan limbah medis untuk farmasi. Farmasi menghasilkan limbah seperti obat-obatan atau vaksin. Biasanya, sampah obat tersebut karena sudah kedaluwarsa atau mengalami kontaminasi sehingga tidak layak konsumsi.
Membuang obat-obatan yang sudah tidak layak konsumsi begitu saja tentu membuka peluang yang tinggi untuk disalahgunakan. Kandungan kimia obat juga bisa mencemari lingkungan sekitar.
Mengelola sampah farmasi bisa dilakukan dengan dua cara, tergantung seberapa banyak jumlah sampah tersebut. Apabila jumlah obat tidak layak konsumsi jumlahnya lumayan banyak, maka obat tersebut wajib dikembalikan ke distributor.
Sedangkan jika jumlahnya sedikit, rumah sakit atau klinik bisa menghancurkan obat tersebut lebih dulu. Kemudian menyerahkan obat tersebut ke perusahaan pengelolaan limbah medis B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
4. Kimia
Pusat layanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan zat-zat kimia. Laboratorium merupakan tempat yang paling banyak menyumbangkan sampah kimia. Hal ini lantaran laboratorium sering menggunakan cairan reagen untuk melakukan tes laboratorium.
Selain itu, tempat ini juga sering menggunakan desinfektan untuk membersihkan peralatan laboratorium. Agar sampah laboratorium ini tidak mengkontaminasi peralatan lainnya, maka Anda harus tahu cara mengelolanya yang tepat seperti berikut:
- Memisahkan limbah sesuai sifatnya yaitu asam dengan basa atau asam dengan bahan organik.
- Berikan label pada masing-masing wadah agar lebih mudah untuk mengenalinya.
- Tutup limbah sesuai dengan jenisnya karena tidak semua limbah memerlukan penutup yang rapat.
- Menjauhkan sampah kimia dari air agar tidak mengkontaminasi.
- Buang sampah kimia secara berkala sehingga tidak menumpuk.
5. Sitotoksik
Sampah sitotoksik perlu mendapatkan penanganan khusus karena sangat berbahaya. Biasanya, sampah ini merupakan sisa obat untuk kemoterapi atau barang beracun lainnya. Kandungan obat tersebut dapat memicu mutasi gen sehingga harus melalui pengelolaan limbah medis yang tepat sebelum membuangnya.
Biasanya, rumah sakit besar atau klinik sudah mempunyai fasilitas sendiri untuk mengelola limbah ini. Namun, jika pusat kesehatan masih belum memiliki fasilitas tersebut, maka wajib menyerahkannya ke perusahaan khusus dan kompeten mengelola limbah B3 ini.
6. Radioaktif
Radioaktif merupakan jenis zat yang bisa memancarkan radiasi secara spontan. Rumah sakit banyak memanfaatkan radioaktif untuk pemeriksaan kesehatan seperti MRI, foto rontgen, dan CT scan.
Sampah radioaktif bisa berupa peralatan atau cairan yang sudah terpapar secara langsung. Sampah tersebut sangat bahaya karena dapat memancarkan gelombang radioaktif.
Pengelolaan limbah medis radioaktif bisa dilakukan dengan cara penyaringan, penguapan, dan pemampatan. Setelah melalui tiga proses tersebut, proses memindahkan, menyimpan, dan mengawasi limbah akan menjadi lebih mudah.
Perusahaan Pengelolaan Limbah
Rumah sakit, klinik, maupun puskesmas sangat memerlukan air bersih. Agar lebih hemat dan ramah lingkungan, Anda bisa menggunakan mesin untuk mengelola air limbah menjadi air bersih.
Anda bisa menghubungi perusahaan Tanindo karena berpengalaman menyediakan IPAL rumah sakit, pengolahan limbah cair industri, dan instalasi pengolahan air limbah. Jika sudah memiliki instalasi pengelolaan limbah sendiri, tentu akan mempermudah mudah Anda dalam membuang limbah tanpa membahaya lingkungan sekitar.
Sudah Paham Jenis dan Cara Pengelolaan Limbah Medis?
Itulah 6 jenis sampah medis dan cara mengelolanya yang tepat agar tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar. Untuk mengelola limbah lebih mudah dan hemat biaya, sebaiknya masing-masing pusat layanan kesehatan mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri.
Mengingat limbah tersebut mengandung zat berbahaya dan infeksius, sebaiknya bekerja sama dengan perusahaan yang kompeten menangani masalah tersebut. Anda bisa mempercayakan kerja sama tersebut kepada Tanindo yang profesional dan terpercaya.